01/03/12

Pengajar yang tidak laik

Ada berapa banyak pengajar (guru atau dosen)? Tergantung dari banyak sekolah.
Ada berapa banyak sekolah di Indonesia? Tergantung dari banyaknya siswa.
Ada berapa banyak siswa di Indonesia? Tergantung dari kemampuan orang tua siswa membiayai sekolah.

Pertanyaan yang saya ingin jawabanya adalah: berapa banyak pengajar yang laik? Omong kosong apabila pengajar di Indonesia sebagian besar sudah laik mengajar. Amati beberapa sekolah dan instansi tenaga pendidik kemudian tempatkan anda pada posisi siswa sepenuhnya lalu anda akan tahu bagaimana rasanya menjadi siswa yang diajari oleh pengajar yang tak laik.

Kualifikasi nyatanya tidak menjamin sekolah benar-benar menyeleksi tenaga pendidik mereka. Asalkan memiliki riwayat pendidikan yang cukup, maka sudah dapat diterima dengan terbuka.Asalkan memiliki teman atau saudara di sekolah yang memiliki kekuasaan maka sudah bisa mulai bekerja. Ironis karena sekarang mengajar menjadi suatu pekerjaan demi mengaharapkan bayaran, bukan semata-mata ingin menyalurkan ilmu dan mengajarkan pola pikir yang lebih baik. Bahkan muncul istilah guru profesional, dimana guru menjadi sebuah profesi.

Pengalaman yang saya alami adalah terdapat banyak macam pengajar selama saya sekolah dan kuliah hingga saat ini. Namun mereka semua bisa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan menempatkan posisi saya sebagai siswa. 


Ada guru yang dengan sekenanya mengajar, artinya mereka tidak sama sekali memikirkan siswa-siswa yang jelas berbeda dalam segi kemampuan memahami sesuatu. Guru semacam ini sangat memuakkan, karena siswa dituntut untuk menghormati guru mereka tetapi guru tersebut malah tidak memahami perbedaan diantara siswanya dari segi kemampuan. They were too disrespect them self and students.

Ada guru yang hanya fokus pada materi pelajaran, padahal materi pelajaran belum tentu paling tidak digunakan oleh siswa atau lebih jauh lagi dimanfaatkan oleh siswa kelak. Guru semacam ini melupakan esensi mengajar, karena mengajar pada siswa seharusnya lebih kepada melatih pola pikir siswa sehingga pola pikir tersebut lebih bermanfaat daripada muatan-muatan lebih yang hanya akan ditanyakan kembali pada saat ujian. They were too careless.

Ada guru yang tidak tahu harus mengajarkan apa dan bahkan tidak memahami materi yang mereka ajarkan. Guru semacam ini bisanya hanya membacakan buku pelajaran, mirip membacakan dongeng. Siswa terkadang malah mengantuk dan tidur karena dongeng mengantarkan mereka tidur. They were only a storyteller.

Ada guru yang semerta merta menyampaikan dan mengunci fakta pada materi tersebut. Guru semacam ini biasanya tidak mau mendengarkan pendapat siswa dan lebih mendoktrin lagi pemahaman siswa. Guru semacam ini juga tidak ingin dipandang bodoh atau ketahuan melakukan kesalahan sehingga selalu mencari alasan untuk membenarkan materi di buku ketimbang mendengarkan pendapat siswa. Mereka melupakan diri mereka sendiri untuk belajar lebih jauh dari apa yang sudah mereka dapatkan selama ini. They were live on the little circle and forget how to learn.

Akhirnya, jika anda adalah seorang siswa yang menemukan guru semacam ini, ingatkanlah mereka. Karena mereka mungkin hanya lupa akan pentingnya mengajar. Dan jika anda seorang guru, pengajar atau calon diantara tersebut, renungkan baik-baik bahwa bergunakah apa yang akan anda ajarkan? Malu kah anda jika anda adalah bagian dari hal yang paling merusak negeri ini dengan cara mendidik?

Saya menulis berdasarkan pengalaman, dan pengalaman setiap orang sangat berbeda-beda. Anda mungkin tidak sependapat, tetapi saya hanya mengekspresikan kekesalan saya terhadap diri saya sendiri karena setiap saat saya menyesal telah bertemu pengajar yang saya sebutkan di atas.

Melanjutkan pertanyaan, di bagian paling atas:
Apakah pendidikan menjadi landasan berkembangya suatu negara? Bergantung dari hasil didikannya.
Apakah siswa yang sebagai calon pemimpin bangsa kelak sangat terdidik? Bergantung kepada guru yang mendidiknya.
"Guru yang berhenti belajar seharusnya berhenti juga mengajar"
--a friend of mine

1 komentar: