23/08/11

Hape Baru Nih Ye


Setelah sekian lama tidak pulang, akhirnya bisa juga membeli hp yang diinginkan (paling tidak mendekati). Telah lama banyak sekali orang yang beli BB (masa gak tau istilah ini sih) tapi saya berpikiran jauh berbeda dan menginginkan sesuatu yang lain yaitu sebuah smartphone dengan OS yang lain daripada yang lain. Kalau tidak windows phone 7 ya mungkin Android. Belum ada nama tersendiri untuk smartphone dengan OS android, awalnya sih saya pikir namanya “droid” tapi bukan.

Pertimbangan yang mendorong saya tidak menginginkan BB jenis apapun (kalo dikasih sih gak nolak) karena aplikasi dari BB nya itu sendiri yang menganggap mereka “eksklusif” dengan mempunyai semacam pengenal (PIN) dimana hanya pengguna BB juga yang bisa mengirim pesan. Padahal pada konsepnya sama saja dengan messengger lain pada umumnya, hanya saja BB dan BBM nya menekankan kita untuk membeli “ponsel tanpa iklan di TV” ini supaya bisa BBM-an, katanya.

“Ponsel tanpa iklan di TV”, sepertinya judul bagus untuk post berikutnya. Penjelasannya tunggu aja post yan berjudul ini.

Lanjut ke alasan lain. Diantara dua jenis ponsel ini (windows phone 7 dan Android), sebetulnya masih ada yang lainnya yaitu iPhone, webOS dan Samsung Bada (source: xda-developers). Namun dari segi harga dan dealer penjual susah dicari (kecuali di web jualan). Tipe iPhone juga sama saja meng-eksklusifkan diri dengan membuat copyright sebanyak2nya, maksudnya sampai ke warna dan bagian sisi yang melengkung juga di lindungi hak ciptanya (dan lebay).

Untuk webOS dan Samsung Bada sepertinya saya kekurangan informasi tentang OS yang ini, toh baru tau setelah buka-buka dari forumnya.

Antara Windows Phone 7 dan Android sepertinya sama2 kuat dari segi aplikasi dan tipe smartphone yang mendukungnya. Kita masih ingat masa2 pentium 3 tahun 1998, spesifikasinya yaitu 600MHz frekuensi processor, 256MB RAM dan media penyimpanan sekitar 2GB. Percaya atau tidak sekarang itulah smartphone yang sedang saya gunakan, Samsung Galaxy Mini GT-S5570. Dari segitu besarnya sebuah CPU hingga menjadi smartphone dalam kurun waktu 13 tahun. Size doesn’t matter after all. Mungkin 15 tahun kemudian smartphone sudah menyaingi Komputer tahun 2011 (kita tunggu 2026).

Berlanjut aplikasi yang bisa diinstall di windows phone 7 dan Android. Pada windows phone 7 saya tidak akan banyak menemukan masalah, semua banyak dari yang mulai gratisan hingga berbayar. Tapi biasanya untuk yang berbayar saya cari yang sudah dibuat gratisan, karena yang gratisan kurang memuaskan dari versi yang berbayarnya (istilahnya di crack). Pada android aplikasi juga berkembang seiring berkembangnya developer (pengembang aplikasi) yang sangat tertarik dalam membuat aplikasi untuk android. Mereka membuatnya bukan tanpa alasan, android yang open source ini menyediakan sebuah tempat untuk developer untuk mempromosikan aplikasi mereka yaitu di android market. Kalau mau mendownload aplikasi harus mempunyai akun Google (inilah surplus terbaik dari Android).

“Mengapa menggunakan akun Google?” pertanyaan yang retorikal dan gak perlu dijawab, karena aplikasi yang berada di android market harus dijalankan di android dan android itu buatan Google. Surplus yang dimaksud adalah, jika kita misalkan lupa password untuk membuka keylock smartphone, passwordnya akan dikirim langsung ke email kita, WOW. Selain itu aplikasi kalender Google dan menunggu social sharing G+ juga bisa disinkronisasikan dengan smartphone android kita. Jadi tidak sembarangan jika android kita haruslah sudah terhubung dengan akun google.

Bukan tanpa kekurangan, layaknya sebuah komputer dalam bentuk mini, smartphone juga mempunyai kekurangan dan ini sangat umum di semua smartphone dengan OS apapun. BATERAI YANG SANGAT CEPAT HABIS. Memang bagi kita yang tidak ingin repot, bawa saja baterai cadangan atau charger kemana2.

Alasan mengapa baterai smartphone cepat habis daripada biasanya adalah karena smartphone menggunakan processor bukan sekedar IC (chip) seperti handphone murah dan handphone jadul. Melakukan pemrosesan membutuhkan daya lebih dari 50% daya baterai (untuk pemrosesan banyak aplikasi sekaligus). Analoginya seperti laptop yang digunakan untuk memainkan game kelas berat, maka baterai menjadi cepat habis karena game berat membutuhkan banyak alokasi RAM dan kerja paksa untuk processor. Untuk smartphone, daya digunakan untuk menyalakan LCD, phone standby (mencari sinyal provider) dan menjalankan proses kernel Android itu sendiri. Jika dua dari fungsi ini berjalan, standby dan kernel process sedangkan LCD tidak menyala, bisa dibilang waktu baterai kehabisan daya sama dengan tulisan pada brosur toko (hehehe). Tapi jika LCD, Wifi, GPS, packet data dan aplikasi dijalankan, paling tidak hanya 12 jam baterai sudah “kehausan”.

Kasus baterai ini sama untuk smartphone manapun dan bagaimana pengguna smartphone saja supaya kasus ini bisa diminimalisir. Seperti teman saya yang menggunakan BB, paling tidak membawa baterai cadangan dan travel charger kemana2 kalau tidak, BB gak bisa digunakan di malam hari (gak bisa nocturnal mode). Saya sendiri menggunakan internet (packet data) kalau berada di daerah 3G saja, selebihnya percuma digunakan karena sudah meminum baterai banyak2, koneksi internetnya juga lemot.

Semoga saja tidak menyurutkan saya menggunakan smartphone, karena saya biasa menuliskan diary dan jurnal serta mengupdate status di social network. Dan pilihan ada pada kalian, mau jadi “commoner” memilih “Ponsel tanpa iklan di TV” atau “yang mirip sama itu” atau selangkah lebih maju menggunakan smartphone android. Pick one.

N.B. kalau mau membuang BB kirim email saya dulu, nanti saya pungut...sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar